Sudah hampir 15 menit aku berdiri menatap papan reklame dari salah satu merek jeans yang mendunia. Papan reklame tersebut menampilkan salah satu anggota girl grup terkenal dari Korea. Di situ, ia memakai setelan jeans yang terlihat simpel, tapi di mataku ia semakin terlihat memukau. Aku membayangkan jika aku menjadi dirinya atau menjadi saudara dekatnya, apakah hidupku akan lebih baik dari yang sedang kujalani sekarang? Aku kembali berjalan menuju tempat tujuanku yang sebenarnya, yaitu angkringan tempatku bekerja paruh waktu dan aku juga merupakan mahasiswa semester 5. Tentu aku harus mampu menyeimbangkan kehidupanku supaya tidak kehilangan keduanya.
Pukul 00.15 aku dalam perjalanan pulang dari tempatku bekerja. Sesampainya di rumah, aku disambut oleh diskusi panas yang terjadi di dalam kamar orang tuaku. Seperti biasa, topiknya adalah uang. Ibuku meminta uang bulanannya dinaikkan karena harga kebutuhan sehari-hari juga naik, sementara gaji ayahku tidak ada kenaikan sama sekali. Aku segera menuju kamarku yang terletak di lantai 2. Kubuka jendela kamar dan angin malam yang lembut mengelus wajahku. Ini merupakan rutinitas yang kulakukan setelah menjalani hari. Aku akan duduk di depan jendela dan membayangkan diriku menjadi orang lain. Orang yang hidupnya tidak sesulit diriku.
Malam ini, aku membayangkan orang yang kulihat di papan reklame ketika aku menuju ke angkringan tadi. Aku membuka handphone dan menelusuri tentang dirinya. Ia adalah tokoh terkenal, jadi tidak sulit bagiku untuk mencari tahu tentangnya. Seharusnya aku tidak kaget dengan kisah hidupnya, mengingat ia adalah anggota girl group yang mendunia. Namun, aku tetap saja kagum dengan semua pencapaiannya. Bahkan, ia sekarang adalah CEO dari agensi yang ia dirikan.
Meski begitu, ternyata ia pernah mengalami waktu sulit juga sebelum berada di titik ini. Namun, hal itu seharusnya tidak menjadi masalah, bukan? Ia memiliki orang tua yang berkecukupan dan selalu mendukung mimpinya. Jika aku menjadi dirinya, itu bukanlah masalah, karena hidup pasti ada kesulitan dan kesulitan itu akan sedikit terobati jika sisi ekonomi keluargaku baik-baik saja dan orang tuaku selalu mendukungku. Akupun menyadari bahwa garis start kita sangat berbeda. Aku melanjutkan pencarianku dan menemukan fakta dibalik hidupnya yang terlihat mulus dan nyaman itu. Ternyata, hidupnya tidak sepenuhnya tenang. Ia selalu mendapatkan ujaran kebencian yang berlebihan dari netizen karena alasan yang sepele. Kehidupan pribadinya juga selalu diusik. Ia seperti tidak memiliki privasi untuk dirinya sendiri.
Kuakhiri pencarianku saat itu juga. Energiku seperti tersedot ketika aku membaca komentar kebencian yang ada di media sosialnya. Aku yakin, jika aku menjadi dia, aku belum tentu bisa menghadapinya dengan baik. Aku berpikir bahwa memang kehidupan orang pasti berbeda dan cara menghadapinya juga berbeda-beda. Sehingga, aku tidak bisa membayangkan lagi jika aku menjadi dirinya dan menerima komentar jahat itu. Meskipun kehidupannya begitu mengagumkan, ia juga harus menghadapi konsekuensi lain dari hidupnya tersebut.
Aku berbaring di tempat tidurku dan memikirkan hasil pencarianku. Tiba-tiba terlintas dipikiranku, andai aku menjadi orang yang selalu bersyukur, pekerja keras, dan pantang menyerah, kurasa siapapun diriku dan bagaimanapun kehidupanku akan berjalan dengan baik. Aku menyadari bahwa semua bergantung bagaimana diriku menyikapi takdir yang telah dituliskan oleh Sang Pencipta.
Aku yakin bahwa Sang Pencipta selalu menuliskan kisah hidup setiap makhluknya itu berbeda dengan keunikannya masing-masing. Kita sebagai makhluknya, harusnya berusaha menjalaninya sebaik mungkin, karena Sang Pencipta tidak akan melakukan hal buruk pada ciptaan-Nya. Akupun meyakinkan diri, bahwa aku tak perlu memebayangkan jadi siapapun lagi. Aku hanya perlu berusaha sebaik mungkin atas kisah hidup yang dituliskan oleh Sang Pencipta untukku dan meyakini bahwa Ia telah menyiapkan bagian yang membahagiakan dalam hidupku sebagai imbalan atas ketabahanku.